Sabtu, 23 Januari 2016

Ogah Menyusui

Eh bener lhoooo... Ini realita ibu jaman sekarang apa segelintir orang saja. Entah apa alasannya, tapi nalar dan nurani saya jadi bertanya-tanya.
Seperti biasanya saya bekerja di pusat layanan kesehatan masyarakat (PUSKESMAS). Hari itu cukup ramai, untung saja tim kesehatan ibu dan anak ada 4 personel. Jadi bisa handle dengan baik. Entah pasien ke berapa, ada seorang bayi yang akan imunisasi. Dan saya paling rempong kalau ada bayi yang masih kecil, digendong dan dibawakan dot.
"Mana ibunya?"
"Sakit bu, batuk pilek. Jadi ibunya di rumah."
"Ibu neneknya?"
"Iya bu."
"Mohon maaf ibu, bisa saya bertemu ibunya untuk memastikan tanggal pemberian imunisasi?"
"Bisa ibu. Sebentar kami jemput."
Hal ini saya tanyakan karena ada catatan imunisasi yang meragukan. Ini kami sampaikan agar tidak terjadi salah pemberian vaksin.
Setelah ibu sang bayi datang dan menjelaskan catatannya, akhirnya kami memberikan vaksin yang dimaksud.
Dan ini saatnya.
"Ibu, kenapa bayinya diberi dot?"
"ASI saya tidak cukup bu. Tidak keluar. Kalau keluar cuma sedikit."
"Tapi masih keluar kan bu?"
"Tapi sangat sedikit..."
"Coba bu saya periksa sebentar."
Dan setelah sang ibu berkenan diperiksa, saya pun memeriksa kondisi produksi ASI sang ibu tersebut. Dan, ibu tersebut sangat terkejut karena produksi ASI nya lancar. Bagaimana bisa kita mengetahui produksi ASI kita sedikit saat bayi kita menyusu? Apa kita bisa mengukurnya.
Saya sangat senang sekali karena ibu muda tersebut masih berkeinginan untuk menyusui bayinya. Saya pun memohon bantuan sang nenek dan suami ibu tersebut agar bisa mensuportnya dengan baik.
Pasien masih berdatangan.
Dan tibalah saya memanggil seorang ibu muda yang juga mau mengimunisasikan bayinya. Mata saya sudah tertuju pada dot yang dibawa sang ibu.
"Kenapa kok diberi dot bu?"
"ASI saya sedikit dan sekarang tidak keluar. Dulu cuma bisa menyusui sampai selapan (40 hari). Habis itu tidak keluar lagi."
Belum selesai saya menjelaskan pada ibu muda tersebut kenapa dan faktor apa saja yang bisa membuat produksi ASI nya berhenti. Namun ibu muda itu selalu memotong kalimat saya.
"Biar saja bu. Saya malas. Nanti saja kalau anak ke dua."
Loh...
Saya dan dokter jaga hanya bisa melongo dengan ungkapan ibu muda tersebut.
What???
Bahkan saya contohkan dokter di tempat saya bekerja saja bisa memerah ASI untuk bayinya. Tapi ibu ini sudah tidak mau.
Hemmmm...

Part 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar