Jumat, 26 Agustus 2016

Akreditasi Puskesmas 2016

Puskesmas... Dulu sering disebut sebagai tempat berobat orang sakit PUSing KESleo MASuk angin... Nah looh!!!
Sedih sekali kalau masih melihat pandangan miring tentang puskesmas ini. Tapi... Bisa jadi inilah yang memang sebagian besar terjadi. Benar??? Bisa ya bisa tidak. Untuk itulah, adanya standart yang harus menjadi acuan bagi layanan puskesmas sangat diperlukan. Standart ini menjadi pokok penilaian akreditasi bagi puskesmas. Jika telah melalui proses akreditasi ini, maka puskesmas telah terstandart dalam pelayanan maupun sistemnya.
Akreditasi sudah menjadi kebutuhan dan keharusan semua layanan publik, termasuk Puskesmas. Akreditasi bukan ajang pembuktian tumpukan kertas dokumen.. Tapi sesungguhnya adalah perombakan sistem yang terstandart. Semua bukan untuk tampilan fisik semata, namun lebih kepada kepuasan dan keamanan pada pelayanan klien dan petugas sendiri.
Ada banyak hal yang perlu dipersiapkan dalam Akreditasi. Penuh dengan jerih payah dan pengorbanan, namun semuanya untuk menjadi lebih baik. Butuh kekompakan yang solid, komitmen dan dukungan dari banyak pihak, terutama keluarga besar Puskesmas yang bersangkutan.

Senin, 15 Agustus 2016

Caesar Atas Permintaan Sendiri

Ini bukan fiksi ya.

Sebutkan seorang ibu bernama Ibu X. Ibu X ini berusia 30 tahun lebih. Beliau telah memiliki putra dan putri. Kedua putra dan putri beliau lahir dengan berat badan 4,2 kg dan 4,7kg. Semua dilahirkan dengan persalinan normal. Namun, pada kehamilan ini, beliau berulang kali meminta persalinan caesar.
Ada apa ya??
Saya gali-gali... "Saya trauma bu". Begitu ujar beliau.
Hemmm... Sebagai seorang petugas kesehatan.. Miris saya mendengarnya. Ada apa dengan persalinan beliau sebelumnya hingga meninggalkan jejak emosi yang cukup dalam.
Apakah saudari-saudariku pernah mengalami hal ini??
Silahkan sharing. Boleh langsung momen atau via email.
Sembari saya menggali dan mencoba memahami trauma yang ibu X alami. Tunggu dan harap bersabar ya...

#birthtrauma #traumahealing

Minggu, 14 Agustus 2016

Kisah Bunda Novi Lumajang

Persalinan bagiku adalah seperti jodoh. Jodoh gimana?? Ya kalau jodoh dengan bidannya ya Insya Alloh bisa ketemu saat lahiran.
Saat itu saya mengenal mba Novi hanya melalui sms. Kami berkomunikasi tidak lama. Hanya sharing sharing tentang kehamilannya yang sudah dekat dengan tanggal perkiraan persalinan. Sayang sekali rumahnya jauh di Lumajang.
Bunda Novi hamil anak pertama dengan mata minus (seingat saya lebih dari 3) dan divonis dokter untuk caesar untuk persalinannya, karena dikhawatirkan retina matanya pecah. Setelah ublek-ublek internet, bertemu dengan bidan aneh ini (saya XD)... Saya anjurkan untuk ke spesialis mata untuk cek retina, dan benar dugaaan saya, pasti diagnosanya retinanya rapuh (dah berkali-kali saya menemui kasus seperti ini). Hehee... Jadi, saya sampaikan kalau bunda Novi harus mantab dan dengarkan hati nuraninya. Pray dan belajar lagi...
Setelah menunggu hari. Satu hari bunda Novi menelfon saya. Menyampaikan keluhannya. Sebatas keluhan yang disampaikan via telpon, saya anjurkan untuk periksa ke bidan karena saya khawatir ketubannya pecah atau merembes.
Beberapa hari kemudian, saya mendapat kabar bahwa bunda Novi sudah melahirkan, normal... Alhamdulillah...
Selamat ya bunda.. Sungguh perjuanganmu tidak akan pernah sia-sia. Baarokalloh...
Salut juga buat nakes yang masih pro normal dan menghargai perjuangan ibu-ibu mulia ini. Subhanalloh...

Homebirth Again

Alhamdulillah persalinan sangat lancar seperti kakaknya 2,5 th silam.
Agata lahir pukul 00.45, BBL 3,6kg. Homebirth, lotusbirth dan ditungguin kakak Azka.. Eyang... Ayah...
Super bikin iri.
Selamat ya mba Dewi dan pak Hakim. Semoga jadi anak yang Shalihah. Amiin...

ainfree@yahoo.com